Lima mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Kediri berhasil mendapatkan pendanaan dari Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Mereka tergabung dalam bisnis kue berkonsep ghost kitchen dengan nama Syacake Bakery.

Istilah ghost kitchen sudah tak asing lagi terdengar di kalangan pebisnis makanan. Ghost kitchen, juga dikenal sebagai dark kitchen, atau dapur commissary, adalah fasilitas persiapan makanan yang menyiapkan makanan untuk pengiriman pesanan. Konsep ghost kitchen yang digunakan untuk menjalankan bisnis Syacake Bakery, dilakukan oleh Tasya Agatha Geovana, Fina Ginanjar L,  Elshinta Ocsaviana, Ine Okthaliyanda N dan Moh. Atho’urrohman. Melalui program itu, mereka mendapatkan pendanaan sebesar 12 juta rupiah.

Ketua tim dari bisnis Syacake Bakery, Tasya Agatha Geovana mengaku senang timnya dapat lolos dalam program yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) Republik Indonesia. Menurutnya menjamurnya konsep ghost kitchen, memiliki berbagai keuntungan yang akan didapatkan salah satunya biaya operasional yang terbilang hemat.

“Konsep ini mengoptimalkan untuk memenuhi pengiriman pesanan. Saat ini, tren ghost kitchen berkembang pesat dan tumbuh dengan cepat,” jelasnya.

P2MW dilaksanakan dalam rangka mengembangkan usaha mahasiswa yang telah memiliki usaha melalui bantuan dana pengembangan dan pembinaan, dengan melakukan pendampingan serta pelatihan (coaching) usaha kepada mahasiswa peserta P2MW. Para mahasiswa yang mendapatkan pendanaan itu, wajib melakukan perbaikan pada bisnis yang sedang dirintis dengan bantuan tersebut.

Selain itu, juga membangun branding yang lebih baik agar bisnis semakin dikenal masyarakat, membuat inovasi produk, dan juga meningkatkan promosi pemasaran bisnis. Mereka juga diharuskan mengikuti ekspo- ekspo kewirausahaan untuk mengenalkan bisnis ke masyarakat secara langsung. 

Ketua Prodi S-1 Sistem informasi Kediri, Erika Devi Udayanti, S.Kom., M.CS., menjelaskan berbagai keuntungan yang didapatkan oleh mahasiswa yang mendapatkan pendanaan P2NW. Seperti pengembangan softskill, melalui pendampingan dari para membina dan juga mentor.

“Selain itu mereka juga mendapatkan dana bantuan dengan nominal sesuai proposal yang telah diajukan. Dana itu nantinya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis yang dijalankan,” ujarnya.

Tidak hanya produk milik Tasya Agatha Geovana saja, PSDKU Udinus Kediri juga meloloskan 4 produk lainnya pada program tersebut. Yaitu Scrunchies Produk Kreatif dengan Memanfaatan Kain Sisa yang diketuai oleh Nasyatul Aissiyah, Asana Body Soap Ekstrak Pegagan Centella Asiatica Yang Ramah Lingkungan Dan Sustainable yang diketuai oleh Zumrotus Sholikhah, Temmanbaik Kaktus Pembersih Udara Dalam Ruangan Dengan Pot Handmade Kreatif yang diketuai oleh Lita Mayasari, dan CV Profdesain Kreatif Media Jasa Desain dan Periklanan Untuk Pengembangan Usaha UMKM yang diketuai oleh Yuda Langgeng Asadullah

Melalui capaian tersebut, Erika ikut bangga dan memberikan apresiasi kepada setiap tim mahasiswa Udinus Kediri yang dapat lolos pendanaan P2MW.  dan mampu bersaing dengan ribuan tim lain dari seluruh Indonesia.

“Produk yang diusulkan merupakan produk yang murni yang dikembangkan oleh mahasiswa, bukan bukan waralaba, reseller, titip jual, usaha keluarga atau orang lain. Semoga prestasi di bidang entrepreneurship juga bisa menjadi motivasi untuk mahasiswa lainnya,” harapnya kepada para mahasiswa Udinus Kediri.

Bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti program tersebut di periode selanjutnya dapat mempersiapkan diri, dan memahami beberapa persyaratan yang ditentukan. Antara lain mahasiswa aktif dengan jenjang Sarjana yang terdaftar di PDDIKTI maksimal semester 7, dan tidak sedang mengikuti program flagship MBKM 20 sks lainnya.